Senin, 28 Februari 2011

AMBIENT CONDITION DAN ARCHITECTURAL FEATURES


1.    AMBIENT CONDITION
Ambient condition yaitu kualitas fisik dari keadaan yang mengelilingi individu seperti sound, cahaya/ penerangan, warna, kualitas udara, temperatur, dan kelembaban.
kebisingan temperatur dan kualitas udara yang semakin tinggi akan mempengaruhi emosi para penghuni. emosi yang semakin kurang terkontrol akan mempengaruhi hubungan sosial didalam maupun diluar rumah.
kebisingan juga akan berakibat menurunnya kemampuan untuk mendengar dan turunnya konsentrasi belajar pada anak (Rahardjani 1987).
suhu dan pulusi udara yang tinggi juga menimbulkan 2 efek, yaitu efek kesehatan dan efek perilaku. tentu saja pada kesehatan akan menimbulkan gangguan pernapasan dan juga dapat menyebabkan gangguan lainnya. dan  pada perilaku jika suhu terlalu tinggi akan mempengaruhi perilaku sosial.
pencahayaan dan warna.
pada dasarnya cahaya mempengaruhi kinerja, dengan cara mempermudah atau mempersulit penglihatan ketika mengerjakan sesuatu.
warna, sebagaimana dengan pencahayaan, maka warna yang amat terang juga akan berpengaruh terhadap penglihatan dan juga menghasilkan bayangan yang mengganggu.

Berbicara mengenai kualitas fisik (ambient condition), Menurut Rahardjani (1987) dan Ancok (1988) menyajikan beberapa kualitas fisik yang mempengaruhi perilaku yaitu: kebisingan, temperatur, kualitas udara, pencahyaan dan warna.
Kebisingan. Menurut Ancok (1989) keadaan bising dan temperatur yang tinggi akan mempengaruhi emosi. Emosi yang tidak terkontrol akan mempengaruhi hubungan sosial didalam maupun diluar rumah. Menurut Rahardjani (1987) kebisingan juga akan berakibat menurunnya kemampuan mendengar dan turunnya konsentrasi belajar pada anak.
Sarwono (1992) menyebutkan tiga factor yang menyebabkan suara secara psikologis dianggap bising yaitu: Volume, Perkiraan,  Pengendalian. Menurut Holahan (1982) kebisingan dapat menjadi penyebab reaksi fisiologis sistematis yang secara khusus diasosiasikan dengan stress. Kebisingan dapat ditunjukan dengan meningkatnya aktivitas elektrodermal, sekresi adrenalin, dan tekanan darah. Sementara menuruk Crook dan Langdon mengatakan terdapat hubungan antara kebisingan dengan aspek-aspek fisik, dan kesehatan mental, seperti sakit kepala, kegelisahan, dan insomnia.
Suhu dan Polusi Udara. Menurut Holahan (1982) tingginya suhu udara dan polusi udara dapat menimbulkan dua efek yaitu efek kesehatan dan efek perilaku. Seperti meningkatnya mortalitas, munculnya penyakit-penyakit pernapasan sepertiasma, infeksi saluran pernapasan, dan flu.
Rahardjani (1987) melihat bahwa suhu dan kelembaban rumah sangat dipengaruhi beberapa faktor, yaitu: warna dinding dalam dan luar rumah, volume ruang, arah sinar matahari, dan jumlah penghuni. Suhu yang paling nyaman adalah kurang lebih 25 derajat celcius. Apabila suhu tidak nyaman (diatas 25 derajat celcius), maka akan mengakibatkan tubuh berkeringan yang dapat mengakibatkan gangguan pada saat tidur.
Pencahayaan. Menurut Fisher dkk. (1984) terdapat banyak efek pencahayaan yang berkaitan dengan perilaku. Pada dasarnya, cahaya mempengaruhi kinerja dengan cara mempermudah atau mempersulit penglihatan ketika kita mengerjakan sesuatu. Corwin Bennet (dalam Holahan, 1982) menemukan bahwa penerangan yang lebih kuat ternyata mempengaruhi kinerja visual kita menjadi semakin cepat dan teliti. Akan tetapi data juga menunjukan bahwa pada satu titik dimana cahya menjadi terlalalu besar kemampuan visual kita dapat menurun.
Warna. Warna sebagaimana halnya dengan pencahayaan, maka warna yang amat terang juga akan berpengaruh terhadap penglihatan.area-area yang diberi warna terlalu terang di satu pihak menimbulkan kelelahan mata, juga akan menghasilkan bayangan yang mengganggu warna-warna yang terlalu kontras, selain mengganggu juga memberikan terlalu banyak penangkapan mata dan memberi kesan membingungkan (Lang, 1987).
Menurut Heimstra dan MC Farling, warna memiliki tiga dimensi yaitu: kecerahan (brightness), corak warna (hue), dan kejenuhan (saturation). Kecerahan adalah intensitas warna; corak warna adalah warna yang melekat dari suatu objek; kejenuhan adalah tingkatan unsur warna putih yang dicampurkan pada warna lainnya. Sedangkan menurt Holahan (1982) dan Mehrabian & Russel (dalam Heimstra dan Mc Farling, 1978; Fisher dkk., 1984)  warna juga mempunyai efek independen terhadap suasana hati, tingkat pembangkitan, dan sikap; dimana ketiganya bisa secara tidak langsung mempengaruhi kinerja.
2. ARCHITECTURAL FEATURES
Estetika. Spranger (dalam Ancok, 1988) membagi orientasi hidup menjadi 6 kategori, dimana nilai estetis merupakan salah satu di antaranya selain nilai ekonomi, nilai kekuasaan, nilai sosial, nilai religius, dan nilai intelektual. Umumnya orang cenderung pada orientasi nilai ekonomis. Nilai estetika tersebut dimiliki oleh setiap orang walaupun dalam kadar yang berbeda-beda. Sedangkan menurut Fisher dkk (1984) salah atu tujuan daridesain adalah memunculkan respon tertentu terhadap seting yang telah diselesaikan. Kualitas estetika memegang peranan penting dalam hal ini. Beberapa lingkungan memiliki kekaguman, sedangkan lingkungan yang lain memberikan kesan informal dan kenyamanan.
Penelitian telah menunjukkan pula bahwa kualitas estetis suatu ruangan dalam konteks keceriaan dan daya tarik dapat mempengaruhi jenis evaluasi yang kita bua ketika berada dalam seting tersebut. Lingkungan yang menarik juga membuat orang merasa lebih baik. Suasana hati yang baik yang berhubungan dengan lingkungan yang menyenangkan terlihat meningkatkan kemauan orang-orang untuk saling menolong satu sama lain (dalam fisher dkk., 1984).
Perabot. Perabot dan pengaturannya dan aspek-aspek lain dari lingkungan ruang merupakan salah satu penentu perilaku yang penting. Pengaturan perabot dalam ruang dapat mempengaruhi cara orang dalam mempersepsikan ruang tersebut.
Sumber :
http://www.elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/peng_psikologi_lingkungan/bab3-ambient_condititon_dan_architectural_features.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar