Senin, 28 Maret 2011

teritorialitas


Pengertian Teritorialitas

Holahan (dalam Iskandar, 1990), mengungkapkan bahwa teritorialitas adalah suatu tingkah laku yang diasosiasikan pemilikan atau tempat yang ditempatinya atau area yang sering melibatkan ciri pemilikannya dan pertahanan dari serangan lain. Dengan demikian, menurut Altman (1975) penghuni tempat tersebut mengontrol daerahnya atau unitnya dengan benar atau merupakan suatu territorial primer.

perbedaan ruang personal dengan teritorialitas menurut Sommer dan de War (1963),yaitu bahwa ruang personal dibawa kemanapun seseorang pergi, sedangkan teritori memiliki implikasi tertentu yang secara geografis merupakan daerah yang tidak berubah-ubah.

Elemen-elemen Teritorialitas
Menurut Lang (1987), terdapat empat karakter dari teritorialitas. Yaitu:
1. Kepemilikan atau hak dari suatu tempat

2. Personalisasi atau penandaan dari suatu area tertentu
3. Hak untuk mempertahankan diri dari gangguan luar
4. Pengatur dari beberapa fungsi, mulai dari bertemunya kebutuhan dasar psikologis sampai kepada kepuasan kognitif dan kebutuhan kebuthan estetika.

Porteus (dalam Lang, 1987) mengindentifikasikan 3 kumpulan tingkay spasial yang saling terkait satu sama lain:
1.      Personal Space, yang telah banyak dibahas dimuka.
2.      Home Base, ruang ruang yang dipertahankan secara aktif, misalnya rumah tinggal atau lingkungan rumah tinggal.
3.      Home Range, seting seting perilaku yang terbentuk dari bagian kehidupan seseorang.

Dalam usahanya membangun suatu model yang memberi perhatian secara khusus pada desain lingkungan maka Hussein El-Sharkawy (dalam Lang, 1987) mengidentifikasikan empat teritori yaitu: attached, central, supporting dan peripheral.


1.      Attached Territory adalah “gelembung ruang” sebagaimana telah dibahas dalam ruang personal
2.      Central Territory, seperti rumah seseorang, ruang kelas, ruang kerja, dimana kesemuanya itu kurang memiliki personalisasi
3.      Supporting Territory, adalah ruang ruang yang bersifat semi privat dan semi public. Pada semi privat terbentuknya ruang terjadi pada ruang duduk asrama, ruang duduk/santai di tepi kolam renang atau area area pribadi pada rumah tinggal seperti pada halaman depan tumah yang berfungsi sebagai pengawasan terhadap kehadiran orang lain. Ruang ruang semi public antara lain adalah: salah satu sudut ruangan dalam took, kedai minum, atau jalan kecil di depan rumah. Semi privat cenderung untuk dimiliki sedangkan semi public tidak dimiliki oleh pemakai.
4.      Peripheral Territory adalah ruang public yaitu area area yang dipakai oleh individu individu atau suatu kelompok tetapi tidak dapat memiliki dan menuntutnya.

Sementara itu Altman membagi teritorialitas menjadi tiga yaitu, territorial primer, territorial sekunder dan territorial umum.


1.      Teritorial Primer
Jenis teritori ini dimiliki serta dipergunakan secara khusus bagi pemiliknya. Pelanggaran terhadap teritori utama ini akan mengakibatkan timbulnya perlawanan dari pemiliknya dan ketidakmampuan untuk mempertahankan teritori utama ini akan mengakibatkan masalah yang serius terhadap aspek psikologis pemiliknya, yaitu dalam hal harga diri dan identitasnya. Yang termasuk dalam territorial ini adalah ruang kerja, ruang tidur, pekarangan, wilayah Negara dan sebagainya.

2.      Teritorial Sekunder
Jenis teritori ini lebih longgar pemakaiannya dan pengontrolan oleh perorangan. Territorial ini dapat dipergunakan oleh orang lain yang masih di dalam kelompok ataupun orang yang mempunyai kepentingan terhadap kelompok itu. Sifat territorial sekunder adalah semi publilk. Yang termasuk dalam territorial ini adalah sirkulasi lalu lintas di dalam kantor, toilet, zona servis dan sebagainya.

3.      Teritorial Umum
Territorial umum dapat digunakan oleh setiap orang dengan mengikuti aturan aturan yang lazim di dalam masyarakat di mana territorial umum itu berada. Territorial umum dapat dipergunakan secara sementara dalam jangka waktu lama maupun singkat. Contoh territorial umum ini adalah taman kota, tempat duduk dalam bis kota, gedung kora, ruang kuliah, dan sebagainya. Berdasarkan pemakaiannya, territorial umum dapat dibagi menjadi tiga: Stalls, Turns dan Use Space.

Teritorialitas dan Perbedaan Budaya
Suatu studi menarik dilakukan oleh Smith (dalam Gifford, 1987) yang melakukan studi tentang penggunaan pantai orang orang perancis dan jerman. Studi ini yang memiliki pola yang sama dengan studi yang lebih awal di Amerika, sebagaimana yang dilakukan oleh Edney dan Jordan Edney (dalam Gifford, 1987). Hasil dari kedua penelitian ini menunjukan bahwa penggunaan pantai antara orang perancis, jerman dan amerika membuktikan sesuatu hal yang kontras. Smith menemukan bahwa dari ketiga budaya ini memiliki persamaan dalam hal respek. Sebagai contoh, pada ketiga kelompok menuntut ruang yang lebih kecil setiap orang. Kelompok yang dibagi berdasarkan jenis kelamin, menuntut ruang yang lebih kecil, dimana wanita menuntut ruang yang lebih kecil dibandingkan dengan pria. Sedangkan untuk respek, mereka memiliki kesulitan dengan konsep teritorialitas yang mengatakan bahwa “pantai untuk semua orang”. Orang jerman membuat lebih banyak tanda. Mereka seringkali menegakkan penghalang benteng pasir, suatu tanda untuk menyatakan bahwa area pantai disediakan untuk antara dua hari tertentu dan merupakan tanda yang disediakan untuk kelompok tertentu. Akhirnya, ukuran teritorialitas ternyata berbeda diantara ketiga budaya tersebut, walaupun dengan bentuk yang dapat dikatakan sama. Orang jerman lebih sering menuntut teritorialitas yang lebih besar, tetapi pada ketiga budaya maupun dalam pembagian kelompok kelompok menandai teritorialitas dengan suatu lingkaran yang sama. Orang jerman lebih sering menuntut teritori yang lebih besar sekali, tetapi dari ketiga budaya tersebut secara individu menandai territorial dalam bentuk elpis dan secara kelompok dalam bentuk lingkaran.

Sumber:
Elearning.gunadarma.ac.id

Senin, 21 Maret 2011

ruang personal



" ini area ku dan itu area mu"


beberapa contoh kasus menyatakan perbedaan umur, jenis kelamin, dan kedudukan dapat menentukan di ruang mana seseorang itu diterima.
personal space (ruang personal).pertama kali digunakan oleh Katz pada tahun 1973.
banyak tokoh yang menerangkan definisi ruang personal, salah satunya Sommer (dalam Altman, 1975) ruang personal adalah daerah di sekeliling seseorang dengan batas batas yang tidak jelas dimana seseorang tidak boleh memasukinya. Goffman (dalam Altman, 1975) menggambarkan ruang personal sebagai jarak/daerah di sekitar individu dimana jika dimasuki orang lain menyebabkan ia merasa batasnya dilanggar, merasa tidak senang dan kadang kadang menarik diri.

Edwad Hall, seorang peneliti di bidang ruang personal, membagi jarak antar personal ke dalam 8 bagian.  Menurutnya terjadi gradasi jarak berdasarkan tingkat keakraban antar personal.  Kedelapan jarak tersebut dikelompokkan ke dalam empat jarak utama, yaitu:
1.     Jarak Intim
a.    Jarak Intim Dekat (0-6 inchi atau 0-15 cm), yaitu jarak yang muncul pada kondisi memeluk, menenangkan, percintaan, pergulatan (olahraga) atau kontak penuh dengan orang lain.  Orang-orang tidak hanya berinteraksi pada situasi intim, atau melakukan kegiatan berdasarkan peraturan (gulat), tapi juga bisa terjadi pada kondisi emosi negatif (mis: manajer bola basket yang bertengkar dengan wasit).
b.    Jarak Intimm Jauh (6-18 inc atau 15-45 cm), mewakili hubungan yang cukup erat, misalnya seseorang yang membisikan sesuatu ke temannya,

2.     Jarak Personal
a.    Jarak Personal Dekat (18-30 inc atau 45-75 cm), yang berlaku bagi orang-orang yang saling mengenal satu sama lain dalam konteks yang positif. Biasanya diwakili oleh orang yang saling berteman atau pasangan yang sedang berbahagia.
b.    Jarak Personal Jauh (75 cm-1,2 m),  adalah jarak yang digunakan oleh orang-orang yang berteman tapi tidak saling akrab.  Biasanya jika kita menjumpai dua orang yang bercakap pada jarak ini maka hampir bisa dipastikan bahwa mereka adalah berteman tapi tidak saling akrab,
3.     Jarak Sosial
a.    Jarak Sosial Dekat (1,2 – 2 m), terjadi pada situasi ketika kita diperkenalkan kepada kawan ibu kita ketika bertemu di super market,
b.    Jarak Sosial Jauh (2-3,5 m), umumnya terjadi ketika melakukan transaksi bisnis resmi.  Pada situasi ini sangat kecil atau sama sekali tidak ada suasana pertemanan, karena biasanya masing-masing perusahaan mengutus wakil untuk berinteraksi,
4.     Jarak Publik
a.    Jarak Publik Dekat (3,5-7 m), biasanya digunakan oleh seorang dosen yang mengajar kelas theater yang terdiri dari ratusan murid di mana jika berbicara harus dari jarak yang tepat sehingga suaranya terdengar di seluruh penjuru ruangan.  Jika kita  berbicara kepada 30-40 orang, kira-kira jarak inilah yang umum kita pakai agar suara kita bisa terdengar jelas oleh masing-masing orang,
b.    Jarak Publik Jauh (7 m atau lebih), biasanya jarak yang disediakan jika ada interaksi masyarakat umum dengan seorang tokoh penting.  Akan tetapi jika tokoh itu ingin bercakap maka umumnya dia akan mendekat. 
beberapa unsur yang mempengaruhi jarak Ruang Personal seseorang, yaitu:

1.  Jenis Kelamin
Umumnya laki-laki memiliki ruang yang lebih besar, walaupun demikian faktor jenis kelamin bukanlah faktor yang berdiri sendiri, 
2.  Umur
Makin bertambah usia seseorang, makin besar ruang personalnya, ini ada  kaitannya dengan kemandirian.  Pada saat bayi, hampir tidak ada kemampuan untuk menetapkan jarak karena tingkat ketergantungan yang makin tinggi.  Pada usia 18 bulan, bayi sudah mulai bisa memutuskan ruang personalnya tergantung pada orang dan situasi.  Ketika berumur 12 tahun, seorang anak sudah menerapkan RP seperti yang dilakukan orang dewasa.
3.  Kepribadian
Orang-orang yang berkepribadian terbuka, ramah atau cepat akrab biasanya memiliki RP yang lebih kecil.  Demikian halnya dengan orang-orang yang lebih mandiri lebih memilih ruang personal yang lebih kecil.  Sebaliknya si pencemas akan lebih mengambil jarak dengan orang lain, demikian halnya dengan orang yang bersifat kompetitif dan terburu-buru.
4.  Gangguan Psikologi atau Kekerasan
Orang yang mempunyai masalah kejiwaan punya aturan sendiri tentang RP ini.  Sebuah penelitian pada pengidap skizoprenia memperlihatkan bahwa kadang-kadang mereka membuat jarak yang besar dengan orang lain, tetapi di saat lain justru menjadi sangat dekat.
5.  Kondisi Kecacatan
Beberapa penelitian memperlihatkan adanya hubungan antara kondisi kecatatan dengan RP yang diterapkan.  Beberapa anak autis memilih jarak lebih dekat ke orang tuanya, sedangkan anak-anak dengan tipe autis tidak aktif, anak hiperaktif dan terbelakang mental memilih untuk menjaga jarak dengan orang dewasa.
6.  Ketertarikan
Ketertarikan, keakraban dan persahabatan membawa pada kondisi perasaan positif dan negatif antara satu orang dengan orang lain.  Namun yang paling umum adalah kita biasanya akan mendekati sesuatu jika tertarik.  Dua sahabat akan berdiri pada jarak yang berdekatan dibanding dua orang yang saling asing.  Sepasang suami istri akan duduk saling berdekatan dibanding sepasang laki-laki dan perempuan yang kebetulan menduduki bangku yang sama di sebuah taman.
7.  Rasa Aman/Ketakutan
Kita tidak keberatan berdekatan dengan seseorang jika merasa aman dan sebaliknya. Kadang ketakutan tersebut berasal dari stigma yang salah pada pihak-pihak tertentu,misalnya kita sering kali menjauh ketika berpapasan dengan orang cacat, atau orang yang terbelakang mental atau bahkan orang gemuk.  Mungkin rasa tidak nyaman tersebut muncul karena faktor ketidakbiasaan dan adanya sesuatu yang berbeda. 
8.  Persaingan/Kerjasama
Pada situasi berkompetisi, orang cenderung mengambil posisi saling berhadapan, sedangkan pada kondisi bekerjasama kita cenderung mengambil posisi saling bersisian. Tapi bisa juga sebaliknya, sepasang kekasih akan duduk berhadapan di ketika makan di restoran yang romantis,sedangkan dua orang pria yang duduk berdampingan di meja bar justru dalam kondisi saling bersaing mendapatkan perhatian seorang wanita yang baru masuk.
9.  Kekuasaan dan Status
Makin besar perbedaan status makin besar pula jarak antar personalnya.
10.  Pengaruh Lingkungan Fisik
Ruang personal juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan fisik.  Di ruang dengan cahaya redup orang akan nyaman jika posisinya lebih berdekatan, demikian halnya bila ruangannya sempit atau kecil.  Orang juga cenderung memilih duduk di bagian sudut daripada di tengah ruangan.
11.  Dan beberapa variasi lain seperti budaya, religi dan suku/etnis

Ruang Personal dan Perbedaan Budaya

Dalam studi lintas budaya yang berkaitan dengan ruang personal, Hall (dalam Altman, 1976) mengamati bahwa norma dan adapt istiadat dari kelompok budaya dan etrnik yang berbeda akan tercemin dari penggunaan ruang (space)nya seperti susuanan perbaot, konfigurasi tempat tinggal dan orientasi yang dijaga oleh individu satu dengan individu lainnya. Hall menggambarkan secara kualitatif bagaimana anggota dari bermacam macam kelompok budaya tersebut memiliki gelembung ruang personal yang lebih besar dan lebih khawatir akan pemisahan fisik ketimbang orang Amerika. Sementara itu, orang Inggris merupakan orang orang pribadi (private people). Akan tertapi mereka mengatur jarak psikologis dengan orang lain dengan menggunakan sarana sarana verbal dan nonverbal (seperti karakter suara dan kontak mata) dibandingkan dengan sarana fisik atau lingkungan. Orang orang perancis berinteraksi dengan keterlibatan yang lebih dalam. Kebiasaan mereka berupa rasa estetika terhadap fashion merupakan bagian dari fungsi gaya hidup dan pengalaman.

Dalam eksperimen Waston dan Graves (dalam Grifford, 1987), yang mengadakan studi perbedaan budaya secara terinci, mereka menggunakan sample kelompok siswa yang terdiri dari empat orang yang diminta datang ke laboratorium. Siswa siswa ini diberitahu bahwa mereka akan diamati, tetapi tanpa diberi petunjuk atau perintah. Kelompok pertama terdiri dari orang orang Arab dan kelompok lainnya terdiri dari orang Amerika. Rata rata jarak interpersonal yang diapakai orang Arab kira kira sepanjang dari perpanjangan tangannya. Sedangkan jarak interpersonal orang Amerika terlihat lebih jauh. Orang orang Arab menyentuh satu sama lain lebih sering dan orientasinya langsung. Umumnya orang Arab lebih dekat daripada orang Amerika.



Sumber :
Elearning gunadarma
Environmental Psychology, Principles and Practices (Robert Gifford, 1997)



" ini area ku dan itu area mu"


beberapa contoh kasus menyatakan perbedaan umur, jenis kelamin, dan kedudukan dapat menentukan di ruang mana seseorang itu diterima.
personal space (ruang personal).pertama kali digunakan oleh Katz pada tahun 1973.
banyak tokoh yang menerangkan definisi ruang personal, salah satunya Sommer (dalam Altman, 1975) ruang personal adalah daerah di sekeliling seseorang dengan batas batas yang tidak jelas dimana seseorang tidak boleh memasukinya. Goffman (dalam Altman, 1975) menggambarkan ruang personal sebagai jarak/daerah di sekitar individu dimana jika dimasuki orang lain menyebabkan ia merasa batasnya dilanggar, merasa tidak senang dan kadang kadang menarik diri.

Edwad Hall, seorang peneliti di bidang ruang personal, membagi jarak antar personal ke dalam 8 bagian.  Menurutnya terjadi gradasi jarak berdasarkan tingkat keakraban antar personal.  Kedelapan jarak tersebut dikelompokkan ke dalam empat jarak utama, yaitu:
1.     Jarak Intim
a.    Jarak Intim Dekat (0-6 inchi atau 0-15 cm), yaitu jarak yang muncul pada kondisi memeluk, menenangkan, percintaan, pergulatan (olahraga) atau kontak penuh dengan orang lain.  Orang-orang tidak hanya berinteraksi pada situasi intim, atau melakukan kegiatan berdasarkan peraturan (gulat), tapi juga bisa terjadi pada kondisi emosi negatif (mis: manajer bola basket yang bertengkar dengan wasit).
b.    Jarak Intimm Jauh (6-18 inc atau 15-45 cm), mewakili hubungan yang cukup erat, misalnya seseorang yang membisikan sesuatu ke temannya,

2.     Jarak Personal
a.    Jarak Personal Dekat (18-30 inc atau 45-75 cm), yang berlaku bagi orang-orang yang saling mengenal satu sama lain dalam konteks yang positif. Biasanya diwakili oleh orang yang saling berteman atau pasangan yang sedang berbahagia.
b.    Jarak Personal Jauh (75 cm-1,2 m),  adalah jarak yang digunakan oleh orang-orang yang berteman tapi tidak saling akrab.  Biasanya jika kita menjumpai dua orang yang bercakap pada jarak ini maka hampir bisa dipastikan bahwa mereka adalah berteman tapi tidak saling akrab,
3.     Jarak Sosial
a.    Jarak Sosial Dekat (1,2 – 2 m), terjadi pada situasi ketika kita diperkenalkan kepada kawan ibu kita ketika bertemu di super market,
b.    Jarak Sosial Jauh (2-3,5 m), umumnya terjadi ketika melakukan transaksi bisnis resmi.  Pada situasi ini sangat kecil atau sama sekali tidak ada suasana pertemanan, karena biasanya masing-masing perusahaan mengutus wakil untuk berinteraksi,
4.     Jarak Publik
a.    Jarak Publik Dekat (3,5-7 m), biasanya digunakan oleh seorang dosen yang mengajar kelas theater yang terdiri dari ratusan murid di mana jika berbicara harus dari jarak yang tepat sehingga suaranya terdengar di seluruh penjuru ruangan.  Jika kita  berbicara kepada 30-40 orang, kira-kira jarak inilah yang umum kita pakai agar suara kita bisa terdengar jelas oleh masing-masing orang,
b.    Jarak Publik Jauh (7 m atau lebih), biasanya jarak yang disediakan jika ada interaksi masyarakat umum dengan seorang tokoh penting.  Akan tetapi jika tokoh itu ingin bercakap maka umumnya dia akan mendekat. 
beberapa unsur yang mempengaruhi jarak Ruang Personal seseorang, yaitu:

1.  Jenis Kelamin
Umumnya laki-laki memiliki ruang yang lebih besar, walaupun demikian faktor jenis kelamin bukanlah faktor yang berdiri sendiri, 
2.  Umur
Makin bertambah usia seseorang, makin besar ruang personalnya, ini ada  kaitannya dengan kemandirian.  Pada saat bayi, hampir tidak ada kemampuan untuk menetapkan jarak karena tingkat ketergantungan yang makin tinggi.  Pada usia 18 bulan, bayi sudah mulai bisa memutuskan ruang personalnya tergantung pada orang dan situasi.  Ketika berumur 12 tahun, seorang anak sudah menerapkan RP seperti yang dilakukan orang dewasa.
3.  Kepribadian
Orang-orang yang berkepribadian terbuka, ramah atau cepat akrab biasanya memiliki RP yang lebih kecil.  Demikian halnya dengan orang-orang yang lebih mandiri lebih memilih ruang personal yang lebih kecil.  Sebaliknya si pencemas akan lebih mengambil jarak dengan orang lain, demikian halnya dengan orang yang bersifat kompetitif dan terburu-buru.
4.  Gangguan Psikologi atau Kekerasan
Orang yang mempunyai masalah kejiwaan punya aturan sendiri tentang RP ini.  Sebuah penelitian pada pengidap skizoprenia memperlihatkan bahwa kadang-kadang mereka membuat jarak yang besar dengan orang lain, tetapi di saat lain justru menjadi sangat dekat.
5.  Kondisi Kecacatan
Beberapa penelitian memperlihatkan adanya hubungan antara kondisi kecatatan dengan RP yang diterapkan.  Beberapa anak autis memilih jarak lebih dekat ke orang tuanya, sedangkan anak-anak dengan tipe autis tidak aktif, anak hiperaktif dan terbelakang mental memilih untuk menjaga jarak dengan orang dewasa.
6.  Ketertarikan
Ketertarikan, keakraban dan persahabatan membawa pada kondisi perasaan positif dan negatif antara satu orang dengan orang lain.  Namun yang paling umum adalah kita biasanya akan mendekati sesuatu jika tertarik.  Dua sahabat akan berdiri pada jarak yang berdekatan dibanding dua orang yang saling asing.  Sepasang suami istri akan duduk saling berdekatan dibanding sepasang laki-laki dan perempuan yang kebetulan menduduki bangku yang sama di sebuah taman.
7.  Rasa Aman/Ketakutan
Kita tidak keberatan berdekatan dengan seseorang jika merasa aman dan sebaliknya. Kadang ketakutan tersebut berasal dari stigma yang salah pada pihak-pihak tertentu,misalnya kita sering kali menjauh ketika berpapasan dengan orang cacat, atau orang yang terbelakang mental atau bahkan orang gemuk.  Mungkin rasa tidak nyaman tersebut muncul karena faktor ketidakbiasaan dan adanya sesuatu yang berbeda. 
8.  Persaingan/Kerjasama
Pada situasi berkompetisi, orang cenderung mengambil posisi saling berhadapan, sedangkan pada kondisi bekerjasama kita cenderung mengambil posisi saling bersisian. Tapi bisa juga sebaliknya, sepasang kekasih akan duduk berhadapan di ketika makan di restoran yang romantis,sedangkan dua orang pria yang duduk berdampingan di meja bar justru dalam kondisi saling bersaing mendapatkan perhatian seorang wanita yang baru masuk.
9.  Kekuasaan dan Status
Makin besar perbedaan status makin besar pula jarak antar personalnya.
10.  Pengaruh Lingkungan Fisik
Ruang personal juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan fisik.  Di ruang dengan cahaya redup orang akan nyaman jika posisinya lebih berdekatan, demikian halnya bila ruangannya sempit atau kecil.  Orang juga cenderung memilih duduk di bagian sudut daripada di tengah ruangan.
11.  Dan beberapa variasi lain seperti budaya, religi dan suku/etnis

Ruang Personal dan Perbedaan Budaya

Dalam studi lintas budaya yang berkaitan dengan ruang personal, Hall (dalam Altman, 1976) mengamati bahwa norma dan adapt istiadat dari kelompok budaya dan etrnik yang berbeda akan tercemin dari penggunaan ruang (space)nya seperti susuanan perbaot, konfigurasi tempat tinggal dan orientasi yang dijaga oleh individu satu dengan individu lainnya. Hall menggambarkan secara kualitatif bagaimana anggota dari bermacam macam kelompok budaya tersebut memiliki gelembung ruang personal yang lebih besar dan lebih khawatir akan pemisahan fisik ketimbang orang Amerika. Sementara itu, orang Inggris merupakan orang orang pribadi (private people). Akan tertapi mereka mengatur jarak psikologis dengan orang lain dengan menggunakan sarana sarana verbal dan nonverbal (seperti karakter suara dan kontak mata) dibandingkan dengan sarana fisik atau lingkungan. Orang orang perancis berinteraksi dengan keterlibatan yang lebih dalam. Kebiasaan mereka berupa rasa estetika terhadap fashion merupakan bagian dari fungsi gaya hidup dan pengalaman.

Dalam eksperimen Waston dan Graves (dalam Grifford, 1987), yang mengadakan studi perbedaan budaya secara terinci, mereka menggunakan sample kelompok siswa yang terdiri dari empat orang yang diminta datang ke laboratorium. Siswa siswa ini diberitahu bahwa mereka akan diamati, tetapi tanpa diberi petunjuk atau perintah. Kelompok pertama terdiri dari orang orang Arab dan kelompok lainnya terdiri dari orang Amerika. Rata rata jarak interpersonal yang diapakai orang Arab kira kira sepanjang dari perpanjangan tangannya. Sedangkan jarak interpersonal orang Amerika terlihat lebih jauh. Orang orang Arab menyentuh satu sama lain lebih sering dan orientasinya langsung. Umumnya orang Arab lebih dekat daripada orang Amerika.



Sumber :
Elearning gunadarma
Environmental Psychology, Principles and Practices (Robert Gifford, 1997)

Senin, 14 Maret 2011

kesesakan

sesak sesak sesak.....
seperti yang kita ketahui, sekarang bumi serasa penuh. rasanya tidak ada ruang kosong lagi yang tersisa, terutama di negara tercinta kita ini Indonesia. yup,, apalagi kalau bukan kesesakan. nggak perlu dicari, kesesakan terjadi dimana saja dan kapan saja. terutama sesaknya kendaraan-kendaraan yang memenuhi setiap arus jalan.
semua pasti sudah tahu sesak itu seperti apa bahkan sudah menjadi bagian dari hidup. sedikit di ulas makna kesesakan menurut beberapa ahli.

pengertian kesesakan
Kesesakan adalah persepsi individu terhadap keterbatasan ruang, bersifat psikis terjadi bila mekanisme privasi individu gagal berfungsi dengan baik.
1. Menurut Altman :
Kesesakan adalah suatu proses interpersonal pada tingkatan interaksi manusia dalam suatu pasangan atau kelompok kecil.
2. Menurut Baum dan Paulus :
Kepadatan dapat dirasa sebagai kesesakan atau tidak, ditentukan oleh penilaian individu berdasarkan :
a. Karakteristik setting fisik
b. Karakteristik setting social
c. Karakteristik personal
d. Kemampuan beradaptasi
3. Menurut Morris :
Kesesakan sebagai devisit suatu ruang.
4. Menurut Ancok :
Kesesakan timbul dari besar-kecilnya ukuran rumah yaitu menentukan besarnya rasio antara penghuni dan tempat (space) yang tersedia.
5. Menurut Stokols :
a. Kesesakan bukan social (nonsocial crowding)
Faktor-faktor fisik menghasilkan perasaan terhadap ruang yang tidak sebanding.
b. Kesesakan social (social crowding)
Perasaan sesak mula-mula dating dari kehadiran orang lain yang terlalu banyak.
c. Kesesakan molar (molar crowding)
Perasaan sesak yaitu dapat dihubungakan dengan skala luas, populaasi penduduk.
d. Kesesakan molekuer (molekuler crowding)
Perasaan sesak yaitu menganalisis mengenai individu, kelompok kecil dan kejadian-kejadian interpersonal.
6. Menurut Rapoport :
Kesesakan adalah suatu evaluasi subjektif dimana besarnya ruang dirasa tidak mencukupi. Batasan kesesakan melibatkan persepsi seseorang terhadap keadaan ruang yang dikaitkan dengan kehadiran sejumlah manusia. Dimana ruang yang tersedia dirasa terbatas atau jumlah manusianya yang dirasa terlalu banyak.



dari semua ahli yang menjabarkan tentang kesesakan dapat disimpulkan bahwa kesesakan itu terlalu banyaknya penduduk yang melebihi kapasitas suatu ruang atau tempat tertentu. yang berarti kehadiran jumlah manusia tak sebanding dengan ruang yang tersedia.


kesesakan juga memiliki beberapa teori ,
Teori Beban Stimulus. Pendapat teori ini mendasarkan diri pada pandangan bahwa kesesakan akan terbentuk bila stimulus yangditerimaindividu melebihi kapasitas kognitifnya sehingga timbul kegagalan memproses stimulus atau informasi dari lingkungan. Schmidt dan Keating (1 979) mengatakan bahwa stimulus di sini dapat berasal dari kehadiran banyak orang beserta aspek-aspek interaksinya, maupur. kondisi-kondisi fisik dari lingkungan sekitar yang menyebabkan bertambahnya kepadatan sosial. Berlebihnya informasi dapat terjadi karena beberapa faktor, seperti
(a) kondisi lingkuilgatl fisik yang tidak menyenmgkan
(b) jarak antar individu (dalam arti fisik) yang terlalu dekat
(c) suatu percakapan yang tidak dikehendaki
(d) terlalu banyak mitra interaksi
(e) interaksi yang terjadi dirasa terlah dalam atau terlalu lama


Teori Ekologi. Micklin (dalam Holahan, 1982) mengemukakan sifat-sifat umum model ekologi pada manusia. Pertama, teori ekologi perilaku memfokuskan pada hubungan timbal balik antara orang dengan lingkungannya. Kedua, unit analisisnya adalah kelompok sosial dan bukan individu, dan organisasi sosial memegang peranan sangat penting. Ketiga, menekankan pada distribusi dan penggunaan sumber-sumber material dan sosial.  Wicker(l976) mengemukakan teorinya tentang n~anni~lTge.o ri ini berdiri ataspandangan bahwa kesesakan tidak dapat dipisahkan dari faktor seting dimana ha1 itu terjadi, misalnya pertunjukan kethoprak atau pesta ulang tahun.

Teori Kendala Perilaku. Menurut teori ini, suatu situasi akan dianggap sesaic bila kepadatan atau kcndisi lain yarlg berhubungan dengannya membatasi aktivitas individu dalam suatu tempat. Pendekatan ini didasari oleh teori reaktansi psikologis(psychological reactance) dari Brehm (dalam Schmidt dan Keating, 1979) yang menekankan kebebasan memilih sebagai faktor pendorong penting dalam persepsi dan perilaku manusia. Ia mengatakan bahwa bila kebebasan itu terhambat, maka individu akan mengadakan suatu reaksi dengan berusaha menemukan kebebasan yang hilang tadi, yang digunakan untuk mencapai tujuannya.

dan banyak sekali faktor yang mempengruhi munculnya kesesakan
1. Faktor Personal
a. Kontrol Pribadi dan Locus Of Control; Selligman, dkk :
Kepadatan meningkat bias menghasilkan kesesakan bila individu sudah tidak punya control terhadap lingkungan sekitarnya. Control pribadi dapat mengurangi kesesakan. Locus Of Control ibternal : Kecendrungan individu untuk mempercayai (atau tidak mempercayai) bahwa keadaab yang ada di dalam dirinya lah yang berpengaruh kedalam kehidupannya.
b. Budaya, pengalaman dan proses adaptasi
Menurut Sundstrom : Pengalaman pribadi dalam kondisi padat mempengaruhi tingkat toleransi.
Menurut Yusuf : Kepadatan meningkat menyebabkan timbulnya kreatifitas sebagai intervensi atau upaya menekankan perasaan sesak.
c. Jenis kelamin dan usia
Pria lebih reaktif terhadap kondisi sesak
Perkembangan, gejala reaktif terhadap kesesakan timbul pada individu usia muda.
2. Faktor Sosial
a. Kehadiran dan perilaku orang lain
b. Formasi koalisi
c. Kualitas hubungan
d. Informasi yang tersedia
3. Faktor Fisik
- Goves dan Hughes : Kesesakan didalamnya rumah berhubungan dengan factor-faktor fisik, jenis rumah, urutan lantai, ukuran, suasan sekitar.
- Altman dan Bell, dkk : Suara gaduh,panas, polusi, sifat lingkungan, tipe suasana, karakteristik setting mempengaruhi kesesakan.



adapula pengaruh kesesakan pada perilaku
Individu yang berada dalam kesesakan akan mengalami malfungsi fisiologis seperti meningkatnya tekanan darah dan detak jantung, gejala gejala psikosomatik dan penyakit penyakit fisik yang serius (Worchel and Cooper, 1983).

Worchel dan Copper (1983) juga mengutip beberapa penelitian yang dilakukan dalam skala kecil, seperti di asrama asrama mahasiswa dan di kampus menunjukkan bahwa klinik kesehatan di kampus lebih banyak di kunjungi oleh mahasiswa mahasiswa yang tinggal di asrama daripada yang tinggal sendiri.
Dari sekian banyak akibat negative kesesakan pada perilaku manusia, Brigham (1991) mencoba menerangkan dan menjelaskan menjadi (1) pelanggaran terhadap ruang pribadi dan atribusi seseorang yang menekankan perasaan yang disebabkan oleh kehadiran orang lain; (2) keterbatasan perilaku, pelanggaran privasi dan terganggunya kebebasan memilih; (3) control pribadi yang kurang dan (4) stimulus yang berlebih.
Walaupun pada umumnya kesesakan berakibat negative pada perilaku seseorang, tetapi menurut Altman (1975) dan Watson dkk (1984), kesesakan kadang memberikan kepuasan dan kesenangan. Hal ini tergantung pada tingkat privasi yang diinginkan, waktu dan situasi tertentu, serta seting kejadian. Situasi yang memberikan kepuasan dan kesenangan bisa kita temukan, misalnya waktu melihat pertunjukan musik, pertandingan olahraga atau menghadiri reuni atau resepsi.

kesesakan memang sudah menjadi makanan sehari-hari. apalagi dengan bertambahnya populasi manusia setiap tahunnya. bagaimana kesesakan bisa diatasi ?
jangan selalu menyalahkan pemerintah. sebetulnya kita bisa saja menghilangkan kesesakan dengan adanya kesadaran diri pada tiap individu. kesadaran dimaksudkan agar individu mengetahui dampak yang terjadi jika tidak memikirkan lingkungan dan kesehatan. seperti kemacetan yang terus saja bertambah parah tiap tahunnya. hal tersebut harus disadari setiap individu jika ingin terbebas dari kesesakan.

referensi :
Elearning.gunadarma.ac.id
Helmi, Avin Fadilla. 1994. Buletin Psikologi, Tahun II, Nomor 2 : Hidup Di Kota
Semakin Sulit, Bagaimana Strategi Adaptasi Dalam Situasi Kepadatan
Sosial ? Yogyakarta, Fakultas Psikologi UGM.