Kamis, 17 Februari 2011

memahami metodelogi penelitian dan ambient condition dalam psi. lingkungan

I

menurut Veitch & Arkkelin (1995) terdapat 3 metode penelitian yang lazim digunakan dilapangan penelitian psikologi lingkungan. ketiga metode tersebut adalah: : eksperimen laboratorium, studi korelasi, dan eksperimen lapangan.

A. Eksperimen Laboratorium
menurut Veitch dan Arkkelin, jika seorang peneliti memiliki perhatian terutama yang berkaitan dengan tingginya validitas internal, maka eksperimen laboratorium adalah pilihan yang bisa diambil. metode ini memberi kebebasan  pada eksperimenter untuk memanipulasi secara sistematis variabel yang diasumsikan menjadi penyebab dengan cara mengontrol kondisi-kondisi secara cermat yang bertujuan untuk mengurangi variabel-variabel yang mengganggu (ekstraneous variables). selain itu yang tidak kalah pentingnya, metode eksperimen laboratorium juga mengukur pengaruh manipulasi-manipulasi tersebut. metode ini pada umumnya juga melibatkan penelitian subjek secara random dalam kondisi eksperimen.dengan cara ini variasi-variasi individu pada subjek penelitian dapat dijadikan alasan adanya perbedaan hasil penelitian, serta adanya kepercayaan yang lebih besar untuk menyimpulkan bahwa hasil penelitian adalah manipulasi-manipulasi dari variabel bebas.
walaupun penelitian laboratorium meningkatkan kepercayaan bahwa hasil pengamatan adalah manipulasi dari variabel bebas, seorang peneliti masih memiliki hal yang bersifat skeptis mengenai hubungan-hubungan dalam eksperimen tersebut.eksperimenter tidak dapat memastikan bahwa hasil-haasil penelitian yang dihasilkan dalam situasi yang amat kompleks dapat diterapkan diluar laboratorium.

B. Studi Korelasi
menurut Veitch dan Arkkelin (1995), jika seorang peneliti ingin memastikan tingkat validitas eksternal yang tinggi, maka seorang peneliti dapat menggunakan variasi-variasi dari metode korelasi. studi-studi yang menggunakan metode ini dirancang untuk menyediakan informasi tentang hubungan-hubungan diantara hal-hal atau peristiwa-peristiwa yang terjadi dialam nyata yang tidak dibebani oleh pengaruh pengumpulan data. 
dengan menggunakan metode pengambilan data apapun, maka penyimpulan dengan menggunakan studi korelasi dapat diperoleh hasil yang berbeda dibandingkan dengan eksperimen laboratorium. dengan eksperimen laboratorium, kesimpulan yang berkaitan dengan faktor-faktor yang menjadi penyebab akan membuahkan hasil yang tepat. ketika korelasi digunakan, maka tidak ada penyimpulan yang dimungkinkan, karena hanya diketahui dari dua atau lebih variabel yang berhubungan satu sama lain. sebagai contoh, seorang peneliti dapat menentukan bahwa kepadatan penduduk berhubungan dengan beragam indikator dari patologi sosial dengan menggunakan metode korelasi, tetapi ia tidak dapat memberi pernyataan bahwa kepadatan penduduk menyebabkan patologi sosial.

C. Eksperimen Lapangan
menurut Veitch dan Arkkelin (1995), jika seorang peneliti ingin menyeimbangkan antara validitas internal yang dapat dicapai melalui eksperimen laboratorium dengan validitas eksternal yang dapat dicapai melalui studi korelasi, maka ia boleh menggunakan metode campuran yang dikenal dengan istilah eksperimen lapangan. dengan metode ini seorang eksperimenter secara sistematis memanipulasi beberapa faktor penyebab yang diajukan dalam penelitian dengan mempertimbangkan variabel eksternal dalam suatu setting tertentu. hal-hal yang dapat dikendalikan memang hilang, akan tetapi pada saat yang sama banyak hal yang berpengaruh dalam metode korelasi ditemukan.
untuk mencapai pengertian ilmiah terhadap suatu fenomena, seorang ilmuan seharusnya tidak hanya mengembangkan teori-teori dan mengamati dengan cermat hal-hal yang menjadi minatnya, akan tetapi ia juga harus menentukan metode terbaik, baik untuk menguji teori maupun tujuan pengamatan. metode yang tersedia amat banyak dan sebagaimananya kita ketahui bersama, tidak ada metode tunggal yang benar atau salah, karena tiap-tiap metode memiliki kelebihan-kelebihan dan keterbatasan-keterbatasan.pada analisis akhir, seorang peneliti harus menentukan tujuan spesifik penelitian dan kemudian memilih metode yang paling layak sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. strategi yang akan dikembangkan barangkali adalah dengan menggunakan beragam metode untuk mengkaji suatu masalah. hasil dari cara ini akan mempertemukan beberapa gambaran yang lebih jelas dari hubungan-hubungan antar variabel (Veitch dan Arkkelin, 1995).

D. Teknik-teknik Pengukuran
agar suatu penelitian akan menjadi ilmiah diperlukan pengamatan-pengamatan yang menggunakan kriteria tertentu, yaitu :
- berlaku umum dan dapat diulang-ulang
- dapat dikembangkan menjadi skala pengukuran
- memiliki standar validitas dan reliabilitas

beberapa teknik yang telah memenuhi beberapa kriteria berupa mudah dibuat, mudah dalam administrasinya, mudah skoringnya dan mudah diinterpretasikan. beberapa teknik tersebut :

1. self report
metode yang paling sering digunakan dalam mengumpulkan data yang berkaitan dengan individu adalah self report. dengan cara ini, seorang responden ditanya oleh peneliti hal-hal yang berkaitan dengan opini, kepercayaan, perilaku, sikap dan perasaan. prosedur self report terdiri dari beragam teknik yang meliputi: kuesoner, wawancara, dan skala penelitian (rating scale).
masalah lain yang dapat muncul adalah jika pengukuran dengan rating scale digunakan untuk kebutuhan suatu studi yang spesifik, misalnya tidak semua peneliti pada area yang sudah ditentukan menggunakan bentuk self report yang sama dan hal tersebut akan mempersulit untuk membandingkan antara suatu penelitian dilaboratorium dengan penelitian selanjutnya atau dari satu seting tertentu dengan peneliti selanjutnya.

2. kuesioner
kuesioner adalah pengembangan yang luas dari teknik paper and pencil self report. butir (item) umumnya diformulasikan berupa pertanyaan dan dapat pula berupa jawaban faktual (seperti usia, gender, tingkat penghasilan, tingkat pendidikan dan sebagainya) sebagaimana halnya dengan respon-respon sikap (seperti emosi, nilai-nilai dan kepercayaan). kadang-kadang butir-butir yang ditanyakan meerupakan pernyataan yang menunjukan tingkat kesetujuan/ketidaksetujuan, dan kadang-kadang responden ditanyakan sesuatu untuk menyeleksi dan menentukan pada posisinya dari beberapa kata yang dideskripsikan peneliti.
terdapat beberapa alasan mengapa menggunakan kuesioner dalam pengumpulan data. pertama, kuesioner amat mudah dibuat, diadministrasikan, dimengerti, didistribusikan, dan disusun.sebagai tambahan, kuesioner dapat mengambil subjek dalam jumlah besar serta mudah dicari respon anonim.
kuesioner sebagaimana bentuk-bentuk lain dari self report, dapat distandarisasikan ataupun tidak. kuesioner yang sudah standar adalah kuesioner yang sudah diujikan sebelumnya sehingga memiliki persyaratan psikometris (validitas dan reliabilitas).

3. wawancara (interview)
bentuk kedua dari self report adalah wawancara. wawancara adalah dialog yang dirancang untuk memperoleh informasi yang dapat dikualisifikasikan. dalam pandangan ini proses wawancara lebih dari sekedar percakapan atau sebagaimana disarankan oleh Cannel dan Kahn (dalam Veitch dan Arkkelin, 1995) melibatkan paling tidak 5 langkah yang berbeda :
  1. menciptakan atau menyeleksi skedul wawancara
  2. memimpin jalannya wawancara
  3. merekam respon-respon
  4. menciptakan respon angka
  5. mengkoding respon-respon wawancara

4. Skala Penelitian
bentuk terakhir dari self report yang digunakan para ahli psikologi lingkungan adalah skala penelitian. skala ini memiliki beragam bentuk, termasuk didalamnya adalah checklist, deskripsi verbal dua kutub, dan skala deskripsi nonverbal.

II

Ambient Condition
Ambient condition yaitu kualitas fisik dari keadaan yang mengelilingi individu seperti sound, cahaya/ penerangan, warna, kualitas udara, temperatur, dan kelembaban.
kebisingan temperatur dan kualitas udara yang semakin tinggi akan mempengaruhi emosi para penghuni. emosi yang semakin kurang terkontrol akan mempengaruhi hubungan sosial didalam maupun diluar rumah.
kebisingan juga akan berakibat menurunnya kemampuan untuk mendengar dan turunnya konsentrasi belajar pada anak (Rahardjani 1987).
suhu dan pulusi udara yang tinggi juga menimbulkan 2 efek, yaitu efek kesehatan dan efek perilaku. tentu saja pada kesehatan akan menimbulkan gangguan pernapasan dan juga dapat menyebabkan gangguan lainnya. dan  pada perilaku jika suhu terlalu tinggi akan mempengaruhi perilaku sosial.
pencahayaan dan warna.
pada dasarnya cahaya mempengaruhi kinerja, dengan cara mempermudah atau mempersulit penglihatan ketika mengerjakan sesuatu.
warna, sebagaimana dengan pencahayaan, maka warna yang amat terang juga akan berpengaruh terhadap penglihatan dan juga menghasilkan bayangan yang mengganggu.

sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar